UH. SELASA, 18 APRIL 2017
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 57 JAKARTA
Jalan Kedoya Raya Kebon Jeruk Jakarta Barat
Telepon / Fax. 5801665
Website :www.sma 57. sich.id – E-mail : sma57.jkt@cbn.net.id.
ULANGAN HARIAN
SEMESTER GENAP
TAHUN
PELAJARAN 2016-2017
Mata
Pelajaran : Bahasa
Indonesia
Satuan
Pendidikan :
SMA Negeri 57 Jakarta
Kelas/Program : X MIA dan IPS
Hari/Tanggal : Selasa, 18 April 2017
Waktu : 4 X
45 menit
Guru Mata Pelajaran :
Drs. Parmono, M.Pd.
MAJAS METAFORA DALAM PUISI
1.
Berikut ini yang termasuk bentuk
metafora adalah .…
Bagaikan pinang dibelah dua mereka
bersama
Lelaki itu selalu bertindak seperti
menepuk air di dulang, terciprat muka sendiri.
Kata-katanya tajam seperti pisau
yang terasah
Kembang desa itu telah tiada di
makan penghujung malam
Angkasa raya meniup ribuan angina
Puisi di bawah ini yang mengandung metafora adalah, kecuali
….
A.
Ada sepi dalam kesendirian
Menemani angin yang berujung pada semburat cahaya mentari
Tampak malu-malu di penghujung fajar
Menemani angin yang berujung pada semburat cahaya mentari
Tampak malu-malu di penghujung fajar
B.
Terkatung di samudra lepas dengan seteguk air
yang dibagi ke dalam puluhan mulut ternganga kekeringan
Hanya untuk selamatkan nyawa dan keyakinan yang kau pegang
Dari asalmu Rohingya setiap jejak adalah bahaya
Hanya untuk selamatkan nyawa dan keyakinan yang kau pegang
Dari asalmu Rohingya setiap jejak adalah bahaya
C.
Buah tangan perantauanku adalah
Cinta di bawah bayang bulan
Ketika kau menungguku sambil terlelap di bandara itu
Cinta di bawah bayang bulan
Ketika kau menungguku sambil terlelap di bandara itu
D.
Awan yang berarak seperti melukiskan kisah
perjalanan kita
Yang kadang terserak terhempas angin
Yang kadang terhimpun memberi hujan
Yang kadang terserak terhempas angin
Yang kadang terhimpun memberi hujan
E.
Jika suaraku dapat membangunkan
keingintahuanmu terhadap dunia
Dengarkanlah…dengarkan semaumu
Karena suaraku takkan habis untukmu.
Dengarkanlah…dengarkan semaumu
Karena suaraku takkan habis untukmu.
2.
Perhatikan
puisi di bawah ini!
Mataku matamu matakita berjauhan jauh terhempas angkasa
langit dan lelautan dalam
Mataku matamu airmata mataanak kita
Yang tertidur tanpa ayah di sampingnya
Semoga hanya malam ini saja
Karena tak seorang pun ingin darah dagingnya terlepas raga
Mataku matamu airmata mataanak kita
Yang tertidur tanpa ayah di sampingnya
Semoga hanya malam ini saja
Karena tak seorang pun ingin darah dagingnya terlepas raga
(Irfan Sulistya)
Maksud majas metafora puisi di atas adalah ….
A.
anak dan istri
B.
orang tua
C.
anak kandung
D.
cita-cita yang diharapkan
E.
suatu karier atau pekerjaan yang
sangat penting dan tidak bisa ditinggalkan
3.
Bacalah
puisi berikut!
Hatiku … melayang jatuh
Di rumput;
Nanti dulu, biarkan aku sejenak
Terbaring di sini;
Ada yang masih ingin kupandang;
Yang selama ini senantiasa luput;
Sesaat adakah abadi sebelum kausapu
Tamanmu setiap pagi
Di rumput;
Nanti dulu, biarkan aku sejenak
Terbaring di sini;
Ada yang masih ingin kupandang;
Yang selama ini senantiasa luput;
Sesaat adakah abadi sebelum kausapu
Tamanmu setiap pagi
(Sapardi Djoko Damono)
Majas metafora yang tepat untuk melengkapi bagian rumpang
puisi di atas adalah .…
A.
sebatang dahan
B.
selembar daun
C.
setetes embun
D.
debu-debu kerikil
E.
kerlip cahaya mentari
4.
Perhatikan ilustrasi berikut!
Gunung Kidul adalah tempat yang terkenal tandus dan tidak subur. Saat kemarau, matahari bersinar sangat terik dan membuat lahan-lahan sekitar kering dan rakyat kelaparan.
Bentuk puisi dengan metafora yang tepat berdasarkan
ilustrasi di atas adalah .…
A.
Kemarau Gunung Kidul adalah perampok
Yang membakar dan mencuri hasil panen kami
B.
Gunung Kidulku yang tandus
Dalam kemarau panjang
Bayang maut terhunus
Dalam kemarau panjang
Bayang maut terhunus
C.
Di Gunung Kidul;
Kemarau adalah perampok
Bersama raja siang di atas langit, ia kuras lumbung kehidupan
Kemarau adalah perampok
Bersama raja siang di atas langit, ia kuras lumbung kehidupan
D.
Kemarau meracau di Gunung Kidul
Mengacaukan banyak panen
Meletihkan perut kami yang sedari dulu tipis
Mengacaukan banyak panen
Meletihkan perut kami yang sedari dulu tipis
E.
Matahari dan kemarau
Adalah simfoni mimpi buruk di desa kami;
Gunung Kidul
Adalah simfoni mimpi buruk di desa kami;
Gunung Kidul
5.
Bacalah puisi berikut!
Di kota ini ada banyak tukang tambal.
Di sudut kiri jalan kau kan temui tukang
tambal ban. Tepat di depannya ada klinik
tukang tambal gigi bergelar. Di pasar sebelah
dalam kau kan bertemu tukang tambal sulam
Semua berbayar. Tapi, Berjalanlah sebelum
Matahari berpadu dengan garis langit. Kau
kan temukan Pak Dul: Tukang tambal
aspal yang kerja tanpa dibayar.
Di sudut kiri jalan kau kan temui tukang
tambal ban. Tepat di depannya ada klinik
tukang tambal gigi bergelar. Di pasar sebelah
dalam kau kan bertemu tukang tambal sulam
Semua berbayar. Tapi, Berjalanlah sebelum
Matahari berpadu dengan garis langit. Kau
kan temukan Pak Dul: Tukang tambal
aspal yang kerja tanpa dibayar.
Majas metafora yang terdapat pada puisi di atas adalah .…
A.
tukang tambal
B.
pasar sebelah dalam
C.
semua berayar
D.
matahari berpadu dengan garis langit
E.
kerja tanpa dibayar
6. Bacalah puisi berikut!
Hujan Bulan Juni
…
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
(1989)-Sapardi Djoko Damono
Parafrase yang tepat terkait majas metafora hujan bulan
juni di atas adalah .…
A. Hujan ketika bulan Juni akan menghapus jejak-jejak kaki pada
tanah. Hujan pun mampu memberikan nutrisi pada tanah dan pohon bunga.
B. Seorang manusia harus memiliki sifat ikhlas dan rela
berkorban demi sesama. Jadilah berbesar hati dalam menahan perasaan.
C. Bulan Juni adalah bulan basah ketika hujan turun dengan
derasnya membasahi tanah dan pepohonan.
D. Akar pohon berfungsi menyerap air dari dalam tanah.
E. Hujan bulan Juni adalah hujan yang bijak dan arif karena
mampu membasahi sekitarnya.
7.
Bacalah puisi berikut!
Ingin sekali kupetik
Secuil senja di pelupuk matamu
Ketika waktu menyeret kita ke arah yang berbeda
Secuil senja di pelupuk matamu
Ketika waktu menyeret kita ke arah yang berbeda
Maksud metafora secuil senja di pelupuk matamu pada baris
kedua puisi mini di atas adalah .…
A. perpisahan di waktu senja
B. cahaya senja yang terpantul di mata
C. genangan air mata
D. memori masa silam
E. perasaan cinta yang bergelora
8.
Perhatikan ilustrasi berikut!
Suatu ketika
Terjadi pertemuan antara penyair hujan dan penyair celana
Di taman kota, mereka saling menukar kata
Penyair hujan berkata, kau masih jadi penjual celana dekat kuburan?…
Terkekeh suara penyair celana sambil membalas, ya dan kau sudah ringkih masih tetap menunggu hujan? Hapuskan sendiri jejakmu, jangan suruh hujan!
Tak terasa, malam sudah mengangkangi bumi
Dua penyair itu masih di sana, kini sambil mengendus kopi.
Terjadi pertemuan antara penyair hujan dan penyair celana
Di taman kota, mereka saling menukar kata
Penyair hujan berkata, kau masih jadi penjual celana dekat kuburan?…
Terkekeh suara penyair celana sambil membalas, ya dan kau sudah ringkih masih tetap menunggu hujan? Hapuskan sendiri jejakmu, jangan suruh hujan!
Tak terasa, malam sudah mengangkangi bumi
Dua penyair itu masih di sana, kini sambil mengendus kopi.
Majas metafora pada puisi di atas terdapat pada baris .…
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
9. Berikut ini frasa/kelompok kata yang berbentuk metafora,
kecuali ....
A. buah bibir
B. tangan kanan
C. gelap gulita
D. cacing kepanasan
E. tikus senayan
10.
Bacalah
puisi berikut!
Buka matamu dan bangunlah
Dahului matahari dan sinarnya
Bangun dan basuh mukamu dengan wudu
Uraian sajadahmu
Jika tidak, kelak azan kan menamparmu
Karena telinga tulimu
Dahului matahari dan sinarnya
Bangun dan basuh mukamu dengan wudu
Uraian sajadahmu
Jika tidak, kelak azan kan menamparmu
Karena telinga tulimu
- baris 6
- baris 5
- baris 4
- baris 3
- baris 1
11. Proyek Puisi Kontemporer
Kursi diperbanyak 5.000 kursi untuk ruang tunggu yang
dikosongkan.
- aku berjanji bertemu denganmu tanpa diperbanyak
Sepatu diperbanyak 5.000 sepatu untuk jadwal perjalanan yang dikosongkan.
- kamu sudah datang sebelum aku tanpa diperbanyak
Kunci diperbanyak 5.000 koper untuk gudang yang dikosongkan dan gudang yang
dikosongkan
- kamu seperti tukang cat menungguku tanpa diperbanyak
- aku berjanji bertemu denganmu tanpa diperbanyak
Sepatu diperbanyak 5.000 sepatu untuk jadwal perjalanan yang dikosongkan.
- kamu sudah datang sebelum aku tanpa diperbanyak
Kunci diperbanyak 5.000 koper untuk gudang yang dikosongkan dan gudang yang
dikosongkan
- kamu seperti tukang cat menungguku tanpa diperbanyak
(Afrizal Malna)
- epizeuksis
- anafora
- tautoles
- epistrofa
- simploke
12. Bacalah puisi berikut!
Air mata
Oleh: Joko Pinurbo
Oleh: Joko Pinurbo
Biarkan hujan yang haus itu
.... airmata
yang mendidih
di cangkirmu.
.... airmata
yang mendidih
di cangkirmu.
- menyeka
- melihat
- melahap
- memandang
- mengundang
13. Bacalah puisi berikut!
Angin mulai menggosok musim gugur
Daun-daun mengering, lepas, retak
Memasuki toko musim dingin jadi jaket.
Daun-daun mengering, lepas, retak
Memasuki toko musim dingin jadi jaket.
Topi (sebentar: foto selfie) sarung tangan
Penutup leher - - - - -> belum pengikut leher
Penutup leher - - - - -> belum pengikut leher
- Afrizal Malna –
- Angin dan musim gugur tanda daun mengering.
- Angin datang karena musim gugur.
- Angin pertanda datangnya musim gugur.
- Musim gugur pertanda datangnya angin.
- Musim gugur menciptakan angin yang membawa kekeringan.
14. Berikut ini puisi dengan repetisi epistrofa adalah ....
- Hari-hari
lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
(“Puisi Kehidupan” karya Chairil Anwar) - Jika
adalah yang harus kaulakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan
Ialah yang bernama keyakinan
(“Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua pada Anaknya Berangkat Dewasa” karya Taufik Ismail) - Camkanlah
wahai anakku
Dunia itu tak punya telinga
Sekalipun kau berteriak
Ia takkan mampu mendengar
Dan hanya akan terus menerjang
Bagai sapi gila yang memamahbiakkan virusnya - Kekasihku
tinggal nama, ia hilang
Dicuri sepotong senja diam-diam, hilang
Direbut lagi oleh malam, hilang
Di suatu pagi kau kembali
Hanya untuk bilang, aku takkan pulang - Aku
bernapas dengan suaramu
dengan matamu yang bening dan dalam
Dengan segala alunan rambutmu yang sore itu tergerai
15. Di antara puisi berikut yang mengandung majas repetisi
simploke adalah ….
- Jika,
seluruh asaku kau katakan gila
Jika, goyangnya langkahku kau anggap gila
Jika, nafasku yang kembang kempis juga kau bilang gila
Kau lebih gila mau selalu perhatikan yang gila - Tadi
aku mampir ke tubuhmu
Tapi tubuhmu sedang sepi
Dan aku tidak berani mengetuk pintunya
Jendela di luka lambungmu masih terbuka
Dan aku tidak berani melongoknya.
(Joko Pinurbo -Mampir- ) - Orang-orang
miskin di jalan,
Yang tinggal dalam selokan,
Yang kalah di dalam pergulatan,
Yang diledek oleh impian,
Janganlah mereka ditinggalkan.
(Rendra -Sajak Orang Miskin-) - Ada
suara bising di bawah tanah.
Ada suara gaduh di atas tanah.
Ada ucapan-ucapan kacau di antara rumah-rumah.
Ada tangis tak menentu di tengah sawah.
Dan, lho, ini di belakang saya
ada tentara marah-marah.
(Rendra -Sajak Mata-Mata) - Kegaduhan
suara hatimu membangunkanku
Di tengah malam pukul satu
Bulan marah dan pergi
Bintang undur diri
Angin pulang
Hanya aku yang mendekat
16. Berikut ini adalah puisi yang mengandung repetisi sekaligus
personifikasi, yaitu ….
- Dunia
membuka dunia menutup tak jadi manusia
Aku kejar ujung jalan menyebelah maut ke mana aku kejar
Dunia sendiri tanpa manusia
Berlari
Seperti perahu tak berkemudi
Terlepas dari jarak:
Beri aku orang! (Afrizal Malna -Ekstase Waktu-) - Matahari
bangkit dari sanubariku
Menyentuh permukaan samodra raya
Matahari keluar dari mulutku,
Menjadi pelangi di cakrawala
(Rendra -Sajak Matahari) - Dengan
puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbaur cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
(Taufik Ismail - Dengan Puisi Aku-) - Pergilah,
jangan malu
Tak usah sungkan untuk beranjak
Dari sini
Wahai dosa - Kematianmu
adalah anugrah bagiku
Pemakamanmu akan kuhadiri dengan sukacita
Akan kubaca berkali-kali nisanmu
di sini bersemayam rasa sombong
17.
Perhatikan Puisi berikut !
LUKISAN BERWARNA
untuk Andreas dan Dorothea
Hujan beratus warna
tumpah di hamparan kanvas senja.
tumpah di hamparan kanvas senja.
Pohon-pohon ……..
sebab dari ranting-rantingnya yang sakit
kuncup jua daun-daun beratus warna.
sebab dari ranting-rantingnya yang sakit
kuncup jua daun-daun beratus warna.
Burung-burung bernyanyi riang,
terbang riuh dari dahan ke dahan
dengan sayap beratus warna.
...
(Joko Pinurbo)
terbang riuh dari dahan ke dahan
dengan sayap beratus warna.
...
(Joko Pinurbo)
- menangis sejadi-jadinya
- bersorak gembira
- berteriak lepas
- bermanja-manja
- terkulai lemas
18. Berikut ini adalah puisi dengan repetisi anafora, yaitu ….
- Ketika
aku mengucapkan cinta suatu malam depan masjid
di sana aku paham hatimu berada di tempat lain ketika
Hujan perlahan turun membasahi tubuh - Suara
gemerisik dari ujung telepon
lalu kemudian sunyi
Dan hujan tiba-tiba tersemburat dari gagangnya - Gadis-gadis
muda dengan perut membuncit
Berdiri jajakan suara di perempatan lampu merah
Lalu pergi sambil merokok di temani sang pria
Yang kuduga pasangannya - Sudah
kuduga sejak lama
bahwa cinta kita akan mati
Dari suaramu yang semakin hari
Semakin pucat pasi - Di
Dada
kusimpan apa
yang kau turunkan itu
lurus ke hati
lurus ke langit
sebelah tubuhku pedih terbakar
sebelah lainnya nyaman gemerlap
entah mana
yang kelak akan abadi
2014- Toni Lesmana
19. Berikut ini, puisi yang mengalami bentuk personifikasi
adalah ....
- Sebutir
embun meluncur turun dari selembar daun
menetes di tanah basah sisa hujan tadi malam - Adakah
awan menyapa bumi
Ketika beribu asap knalpot kendaraan menghitamkan wajah kekasihnya?
Awan hanya bisa menangis sejadi-jadinya - Banyak
kuli-kuli tinta yang membakar tubuh mereka di atas
Bara api dosa redaksi media yang memuja harta - Air
yang mengalir jernih
sawah yang menghijau
Capung yang beterbangan
Tak lagi ada di kotaku - Ada
anak menangis dalam sepi malam
Teriakannya menggelegar menuju angkasa
Anak itu bernama hati
20. Bacalah puisi berikut ini dengan saksama.
Perempuan yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka
Mereka ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
Mereka ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
(”Perempuan-Perempuan Perkasa”, Hartojo Andang Djaja)
- citraan taktil
- citraan auditif
- citraan visual
- citraan penciuman
- citraan pengecapan
21.
Bacalah puisi berikut ini dengan
saksama.
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor tapi begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
Melintas-lintas di atas air kotor tapi begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
(”Gadis Peminta-minta”, Toto Sudarto Bachtiar)
- citraan visual dan penciuman
- citraan visual dan taktil
- citraan visual dan auditif
- citraan visual
- citraan taktil
22. Berikut ini puisi yang menunjukkan citraan auditif adalah
....
- Laut
berlari mendatang
Bersua pantai landai
Memecah menghemat buih
Menarik damai tenang merata
(”Mendalam”, Armijn Pane) - Kaulah
kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia, selalu
(“Padamu Jua”, Amir Hamzah) - Gergaji
tak pernah berjanji
kepada angin
untuk mengembalikan pohon
kepada burung
(”Tentang Pohon 3”, Sapardi Djoko Damono) - Seruling
di pasir ipis, merdu
antara gundukan pohon pina
tembang menggema di dua kaki,
Burangrang-Tangkubanprahu
(”Tanah Kelahiran, 1”, Ramadhan K.H.) - Bukankah
surat cinta ini ditulis
ditulis ke arah siapa saja
Seperti hujan yang jatuh rimis
menyentuh arah siapa saja
(”Surat Cinta”, Goenawan Mohamad)
23. Berikut ini citraan yang ada dalam puisi, kecuali ....
- citraan gerak
- citraan visual
- citraan auditif
- citraan imaji
- citraan taktil
24. Citraan yang memberikan gambaran tentang sesuatu yang
sebenarnya tidak bergerak tetapi seolah-olah dapat bergerak disebut citraan
....
- citraan auditif
- citraan taktil
- citraan pengecapan
- citraan visual
- citraan gerak
25. Berikut ini citraan yang ada dalam puisi…
Harum madu
di mawar merah
mentari di tengah-tengah
.....
(Priangan si Jelita bagian dua dari ”Tanah Kelahiran”, Ramadhan K.H.) di mawar merah
mentari di tengah-tengah
.....
Citraan yang ada dalam puisi tersebut adalah ....
- citraan auditif
- citraan pengecapan
- citraan penciuman
- citraan taktil
- citraan gerak
26.
Perhatikan puisi berikut ….
Berikut ini citraan yang ada dalam puisi…
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas!
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinari daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau
pergi ke hidup bebas!
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinari daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau
(”Surat dari Ibu”, Asrul Sani)
- citraan auditif
- citraan taktil
- citraan visual
- citraan gerak
- citraan pengecapan
27. Perhatikan puisi berikut
Sebelum matahari tinggi, naiklah ke mari, ke tebing daging
kami. Angin, tulang menggigil, darah masih beku dibekap waktu. Dingin, tentu
Tuan, tetapi bukankah memang dingin-- gemetar, rindu Para Pendaki?
(”Para Pendaki”, Gus tf)
- citraan visual
- citraan pengecapan
- citraan auditif
- citraan gerak
- citraan taktil
28. Berikut ini adalah beberapa fungsi citraan dalam puisi,
kecuali ....
- memberi kesan berupa gambaran atau angan kepada pembaca
- membangun suasana dan penghayatan terhadap pembaca
- membuat gambaran dalam penginderaan dan pikiran yang lebih hidup
- menyulitkan pembaca dalam menikmati puisi
- mendapatkan perhatian dari pembaca
29. Berikut ini adalah beberapa fungsi citraan dalam puis
Gula ditabur di atas mulut rakyat yang menganga
Demi pesugihan menggenggam langit
Bila langit sudah tergenggam
Pil pahit dimuntahkan di dalam mulut rakyat yang membiru
Demi pesugihan menggenggam langit
Bila langit sudah tergenggam
Pil pahit dimuntahkan di dalam mulut rakyat yang membiru
(”Terang Bulan di Atas Comberan”, Dicky Rivaldi)
Citraan yang terdapat pada baris puisi yang bercetak miring
adalah ....
- citraan visual
- citraan auditif
- citraan taktil
- citraan penciuman
- citraaan pengecapan
30. Perhatikan puisi berikut !
Teratai
Kepada Ki Hajar Dewantara
Kepada Ki Hajar Dewantara
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tiada terlihat orang yang lalu
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun berseri, Laksmi mengarang
Biarpun dia diabaikan orang
Seroja kembang gemilang mulia
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun berseri, Laksmi mengarang
Biarpun dia diabaikan orang
Seroja kembang gemilang mulia
Teruslah, o, Teratai bahagia
Berseri di kebun Indonesia
Biarkan sedikit penjaga taman
Berseri di kebun Indonesia
Biarkan sedikit penjaga taman
Biarpun engkau tidak dilihat
Biarpun engkau tidak diminat
Engkau turut menjaga jaman
Biarpun engkau tidak diminat
Engkau turut menjaga jaman
Sanusi Pane, 1957
Puisi tersebut menggambarkan sosok Ki Hajar Dewantara yang
dikagumi oleh penyair. Dalam puisinya, kerendahan hati Ki Hajar Dewantara
digambarkan laksana sekuntum bunga teratai, tersembunyi kembang indah permai.
Hal itu dapat diartikan sebagai ....
- seseorang yang terkenal dalam masyarakat
- seseorang yang memiliki cita-cita demi kemajuan bangsa Indonesia
- seseorang yang memiliki gagasan dalam pendidikan
- seseorang yang tidak dikenal oleh banyak orang, diabaikan, atau tidak diminati tetapi gagasannya diterima secara umum bahkan diakui dunia
- seseorang yang selama hidupnya diabdikan kepada pemerintah
31.
Perhatikan puisi berikut…
Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata kayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka
Kita yang tak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata kayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka
Kita yang tak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus.
Berjalan terus.
(”Kita adalah Pemilik Sah Republik
Ini”, karya Taufiq Ismail) .
- orang-orang yang hidup sejahtera dalam suatu negara
- orang-orang hidup damai dan layak
- orang-orang yang bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan
- orang-orang yang mengaku sebagai pemilik republik
- orang-orang yang nasibnya tidak diperhatikan oleh negara dan tidak mendapatkan kelayakan padahal sudah merdeka
32. Perhatikan puisi berikut…
Terlahir di bangsa berbahasa sendiri,
Diapit keluarga kanan dan kiri,
Besar budiman di tanah Melayu,
Berduka suka, sertakan rayu;
Diapit keluarga kanan dan kiri,
Besar budiman di tanah Melayu,
Berduka suka, sertakan rayu;
Perasaan serikat menjadi padu,
Dalam bahasanya permai merdu,
Meratap menangis bersuka raya
dalam bahagia bala dan baya;
Dalam bahasanya permai merdu,
Meratap menangis bersuka raya
dalam bahagia bala dan baya;
Bernapas kita pemanjangkan nyawa,
Dalam bahasa sambungan jiwa
Di mana Sumatra, di situ bangsa
Di mana Perca, di sana bahasa.
Dalam bahasa sambungan jiwa
Di mana Sumatra, di situ bangsa
Di mana Perca, di sana bahasa.
Andalasku sayang, jana bejana,
Sejakkan kecil muda teruma,
Sampai mati berkalang tanah,
Lupa ke bahasa tiadakan pernah;
Ingat pemuda, Sumatra hilang,
Tiada bahasa, bangsa pun hilang.
Sejakkan kecil muda teruma,
Sampai mati berkalang tanah,
Lupa ke bahasa tiadakan pernah;
Ingat pemuda, Sumatra hilang,
Tiada bahasa, bangsa pun hilang.
(”Bahasa, Bangsa”, Mohammad Yamin)
- kebahagiaan
- cinta tanah air
- persatuan bangsa
- kesedihan
- kesepian
33. Perhatikan puisi berikut….
Pulau Samosir
Angin bahorok
Bertiup di lereng bukit
Membawa kekeringan
Membawa kematangan
Daerah danau Toba
Lagu hidup dan kerja
Bangsa pembajak
Lemah lembut kerbau
Lagu hidup dan kerja
Bangsa pembajak
Lemah lembut kerbau
Yang memberi aku lagu
”Pulau di tengah danau”
Tandus dan setia ....
”Pulau di tengah danau”
Tandus dan setia ....
Sitor Situmorang, 1955
- realitas sosial
- realitas masyarakat
- realitas alam
- realitas budaya
- realitas politik
34. Perhatikan puisi berikut….
Karangan Bunga
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
”Ini dari kami bertiga
pita hitam pada karangan bunga
sebab kami ikut berduka
bagi kakak yang ditembak mati
siang tadi.”
pita hitam pada karangan bunga
sebab kami ikut berduka
bagi kakak yang ditembak mati
siang tadi.”
- bersuka cita
- berduka cita
- gembira riang
- ketakutan
- kebencian
35. Berikut ini adalah hal-hal yang mempengaruhi penyair dalam
menciptakan puisi, kecuali ....
- keadaan realitas sosial
- kenyataan sejarah
- pengalaman hidup
- masalah kebudayaan
- kesempitan berpikir
36.
Perhatikan penggalan puisi berikut
ini…
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati.
...............................
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati.
...............................
(”Diponegoro”, karya Chairil Anwar)
- kegetiran
- keberanian
- patriotisme
- idealisme
- ketangguhan
37.
Perhatikan puisi berikut….
Dua raja tengah membunuh waktu
Hitam putih menjadi langkah keduanya
Pion-pion tumbang dan lenggang
Dua raja mengadu ilmu
Menunjukkan kesaktiannya
Hitam putih menjadi langkah keduanya
Pion-pion tumbang dan lenggang
Dua raja mengadu ilmu
Menunjukkan kesaktiannya
Gula ditabur di atas mulut rakyat yang mengaga
Demi pesugihan mengenggam langit
Bila langit sudah tergenggam
Pil pahit dimuntahkan di dalam mulut rakyat yang membiru
Demi pesugihan mengenggam langit
Bila langit sudah tergenggam
Pil pahit dimuntahkan di dalam mulut rakyat yang membiru
Berjatuhan sesal
Terlontar kutukan-kutukan
Dihujani kristal nestapa
Berselimut debu-debu
Terlontar kutukan-kutukan
Dihujani kristal nestapa
Berselimut debu-debu
Dan lagi-lagi rakyat termangu
Jutaan kepala tertunduk layu
Di bawah terang bulan di atas comberan
Jutaan kepala tertunduk layu
Di bawah terang bulan di atas comberan
("Terang Bulan di Atas
Comberan", Dicky Rivaldi)
- rasa sesal seseorang tentang suatu hal
- persaingan antara dua raja dalam mengadu ilmu
- rakyat diberi banyak janji manis tetapi malah mendapatkan kehidupan yang pahit
- rakyat tertunduk layu karena sejahtera
- kutukan untuk sesal dan kekuasaan
38. Perhatikan puisi berikut…
Dua raja tengah membunuh waktu
Hitam putih menjadi langkah keduanya
Pion-pion tumbang dan lenggang
Dua raja mengadu ilmu
Menunjukkan kesaktiannya
Hitam putih menjadi langkah keduanya
Pion-pion tumbang dan lenggang
Dua raja mengadu ilmu
Menunjukkan kesaktiannya
Gula ditabur di atas mulut rakyat yang mengaga
Demi pesugihan mengenggam langit
Bila langit sudah tergenggam
Pil pahit dimuntahkan di dalam mulut rakyat yang membiru
Demi pesugihan mengenggam langit
Bila langit sudah tergenggam
Pil pahit dimuntahkan di dalam mulut rakyat yang membiru
Berjatuhan sesal
Terlontar kutukan-kutukan
Dihujani kristal nestapa
Berselimut debu-debu
Terlontar kutukan-kutukan
Dihujani kristal nestapa
Berselimut debu-debu
Dan lagi-lagi rakyat termangu
Jutaan kepala tertunduk layu
Di bawah terang bulan di atas comberan
Jutaan kepala tertunduk layu
Di bawah terang bulan di atas comberan
("Terang Bulan di Atas
Comberan", Dicky Rivaldi)
- rasa sesal seseorang tentang suatu hal
- persaingan antara dua raja dalam mengadu ilmu
- rakyat diberi banyak janji manis tetapi malah mendapatkan kehidupan yang pahit
- rakyat tertunduk layu karena sejahtera
- kutukan untuk sesal dan kekuasaan
39. Perhatikan ilustrasi berikut….
Orang-orang miskin di jalan/ yang tinggal di dalam selokan/
yang kalah di dalam pergulatan/ yang diledek oleh impian
..........................................................................................
Jangan kamu bilang negara kita kaya/ kerna orang-orang miskin berkembang di kota dan di desa/ Jangan kamu bilang dirimu kaya/ bila tetanggamu memangsa bangkai kucingnya/ Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu/ Dan perlu diusulkan/ agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda/ Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.
..........................................................................................
Jangan kamu bilang negara kita kaya/ kerna orang-orang miskin berkembang di kota dan di desa/ Jangan kamu bilang dirimu kaya/ bila tetanggamu memangsa bangkai kucingnya/ Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu/ Dan perlu diusulkan/ agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda/ Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.
(”Orang-Orang Miskin", W.S.
Rendra)
- perbedaan orang miskin dan orang kaya
- ketegangan antara tentara dan mahasiswa
- kehidupan tetangga yang kelaparan
- ketidakadilan tidak hanya berhubungan dengan rakyat kecil tetapi keadilan diberlakukan bagi setiap manusia seperti mahasiswa
- banyak orang-orang miskin di kehidupan kota
40. Perhatikan puisi berikut…
Tidakkah sakal, negeriku? Muram dan liar
Negeri ombak
Laut yang diacuhkan musafir
Kerna tak tahu kapan badai keluar dari eraman
Negeri batu karang yang permai, kapal-kapal menjauhkan diri
Negeri burung-burung gagak
Yang bertelur dan bersarang di muara sungai
Unggas-unggas sebagai datang dan pergi
Tapi entah untuk apa
Nelayan-nelayan tak tahu
Negeri ombak
Laut yang diacuhkan musafir
Kerna tak tahu kapan badai keluar dari eraman
Negeri batu karang yang permai, kapal-kapal menjauhkan diri
Negeri burung-burung gagak
Yang bertelur dan bersarang di muara sungai
Unggas-unggas sebagai datang dan pergi
Tapi entah untuk apa
Nelayan-nelayan tak tahu
(”Doa untuk Indonesia”, Abdul Hadi
W.M.)
- realitas budaya
- realitas alam
- realitas sosial
- realitas masyarakat
- realitas politik
41. Perhatikan cuplikan puisi berikut ini!
Sebuah Jaket Berlumur Darah
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
....
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
....
(Taufik Ismail)
Aspek verbal yang perlu diperhatikan saat membacakan puisi
di atas adalah sebagai berikut, kecuali ....
A.
pelafalan kata-katanya harus jelas
B.
pengaturan kenyaringannya harus
tepat
C.
ketepatan dalam naik-turun dan
tinggi-rendahnya suara
D.
pembacaan harus dilakukan dengan
percaya diri
E.
jeda antarbaris yang diberikan harus
sesuai
42. Simak puisi berikut ini!
Suasana yang digambarkan dalam puisi di atas adalah ....
- kecewa
- khidmat
- takut
- marah
- sedih
43. Simak cuplikan puisi berikut ini!
IBU
Ibu
Kaulah gua teduh
tempatku bertapa bersamamu
sekian lama
Kaulah kawah
dari mana aku meluncur dengan
perkasa
Kaulah bumi
yang tergelar lembut bagiku
melepas lelah dan nestapa
Gunung yang menjaga mimpiku
siang dan malam
Mata air yang tak brenti mengalir
membasahi dahagaku
Telaga tempatku bermain
berenang dan menyelam
Kaulah, ibu, langit dan laut
yang menjaga lurus horisonku
Kaulah, ibu, mentari dan rembulan
yang mengawal perjalananku
mencari jejak sorga
di telapak kakimu
(Tuhan
Aku bersaksi
Ibuku telah melaksanakan amanatMu
menyampaikan kasihsayangMu
maka kasihilah ibuku
seperti Kau mengasihi
kekasih-kekasihMu
Amin).
1414
(Mustofa Bisri)
- kasih sayang ibu
- rasa syukur pada ibu
- gambaran fisik ibu
- kelebihan ibu
- pencarian ibu
44.
Simak cuplikan puisi berikut ini!
DI BERANDA INI ANGIN TAK KEDENGARAN LAGI
Di beranda ini
angin tak kedengaran lagi
Langit terlepas.
Ruang menunggu malam hari
Kau berkata:
pergilah sebelum malam tiba
Kudengar angin
mendesak ke arah kita
Di piano
bernyanyi baris dari Rubayat
Di luar detik dan
kereta telah berangkat
Sebelum bait
pertama. Sebelum selesai kata
Sebelum hari tahu
ke mana lagi akan tiba
Aku pun tahu:
sepi kita semula
bersiap kecewa,
bersedih tanpa kata-kata
Pohon-pohon pun
berbagi dingin di luar jendela
mengekalkan yang
esok mungkin tak ada
1966
(Puisi “Di Beranda Ini Angin Tak Kedengaran Lagi “, Goenawan
Muhammad)
- gerak tubuh
- mimik
- artikulasi
- mental
- ekspresi
45. Perhatikan puisi berikut ini!
Sajak Sebatang Lisong
Menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat,
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka
Matahari terbit.
Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet,
dan papan tulis-papan tulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan.
Delapan juta kanak-kanak
menghadapi satu jalan panjang,
tanpa pilihan,
tanpa pepohonan,
tanpa dangau persinggahan,
tanpa ada bayangan ujungnya.
melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat,
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka
Matahari terbit.
Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet,
dan papan tulis-papan tulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan.
Delapan juta kanak-kanak
menghadapi satu jalan panjang,
tanpa pilihan,
tanpa pepohonan,
tanpa dangau persinggahan,
tanpa ada bayangan ujungnya.
(W.S. Rendra)
- marah dengan diri sendiri
- sakit hati berkepanjangan
- semangat bersuka-cita
- pilu penuh kekecewaan
- semangat penuh kemarahan
46.
Simak pembacaan puisi berikut ini!
Isi puisi tersebut adalah ....
- nasihat
- ajakan
- perintah
- larangan
- tawaran
47.
Perhatikan puisi berikut ini!
Le Poete Maudit
Buat Saini K.M.
Mengurung diri dalam tungku
Dibakar cinta dan rindu
Api memercik dari setiap tetes darah
Tubuhku yang luka. Dan iman pun menyala
Di tengah hamparan gurun tak bernama
Dibakar cinta dan rindu
Api memercik dari setiap tetes darah
Tubuhku yang luka. Dan iman pun menyala
Di tengah hamparan gurun tak bernama
Pasir-pasir hanyut
Dalam sujudku. Batu-batu
Tumpah
Mataku buta oleh tangis seratus tahun
....
Dalam sujudku. Batu-batu
Tumpah
Mataku buta oleh tangis seratus tahun
....
(Acep Zamzam Noor)
- takut
- syahdu
- bahagia
- sakit
- marah
48. Perhatikan puisi berikut ini!
DARI BENTANGAN LANGIT
Dari bentangan langit yang semu
Ia, kemarau itu, datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat
panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah
berbongkahan
menyapu hutan !
Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu, Ia, kemarau itu
dari Tuhan, yang senantia diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang
dingin dan tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang
sekejap.
(Emha Ainun Najib)
- kebutuhan suami istri
- indahnya pernikahan
- berbuat baik pada tetangga
- kehidupan rumah tangga
- penyesalan suami istri
49. Perhatikan puisi berikut ini!
Sunyi
Kuketuk pintu masaku muda
hendak masuk rasa kembali
taman terkunci dibelan pula
tinggallah aku sunyi sendiri.
hendak masuk rasa kembali
taman terkunci dibelan pula
tinggallah aku sunyi sendiri.
Kudatangi gelanggang tempat menyebung
masa bujang tempat beria
kulihat siku singgung menyinggung
aku terdiri haram disapa
masa bujang tempat beria
kulihat siku singgung menyinggung
aku terdiri haram disapa
Teruslah aku perlahan-lahan
sayu rayu hati melipur
nangislah aku tersedan-sedan
mendengarkan pujuk duka bercampur.
....
sayu rayu hati melipur
nangislah aku tersedan-sedan
mendengarkan pujuk duka bercampur.
....
(Amir Hamzah)
- bahagia
- menyesal
- marah
- kecewa
- sedih
50. Perhatikan puisi berikut ini…
airmataku menyungai di sela kata
airmataku yang hangat dan basah
hilang rupa di atas sajadah
diseka cahaya alifMu
airmataku yang hangat dan basah
hilang rupa di atas sajadah
diseka cahaya alifMu
(“Malam 1 Syawal”, Soni Farid Maulana)
- takut
- kacau
- sedih
- marah
- rindu
...... Selamat Mengerjakan ......
Komentar