HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP
SEKSUAL PRANIKAH REMAJA
SEKSUAL PRANIKAH REMAJA
Makalah Ini
Dibuat untuk Melengkapi Perkuliahan
Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
Semester Satu
Dosen Pembimbing Drs. Parmono, M.Pd.
Dosen Pembimbing Drs. Parmono, M.Pd.
Di susun Oleh
Santi
Apriyani
Tingkat 1-A
Jurusan Kebidanan
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA I
JURUSAN KEBIDANAN
Jalan RS. Fatmawati, Cilandak-Jakarta Selatan
Telp/Fax. 021-7656536
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Segala
puji hanya milik Allah Tuhan seru sekalian alam. Kepada Allah kami mohon
pertolongan atas segala urusan dunia dan akhirat. Segala keselamatan dan
kesejahteraan tetap tercurahkan kepada penghulu semua utusan dan pemimpin kita
Nabi Muhammad saw dan kepada keluarga, para sahabat yang mengikuti beliau.
Ammaa ba’du.
Puji serta syukur penulis panjatkan
ke hadirat Allah SWT. atas segala taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
ini
walaupun masih sangat sederhana.
Penulis menyadari dengan tersusun
dan selesai tugas
yang berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja”,
karena bimbingan dan bantuan semua pihak.
Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu
menyusun tuigas
ini sampai selesai. Dengan selesainya tugas
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis di Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta I yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu saya mengucapkan terima kasih.
Jakarta, 31 Desember 2012
Penulis
Daftar
Isi
Kata Pengantar..........................................................................................................1
Daftar Isi...................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3
1.1
Umum.................................................................................................3
1.2
Latar belakang dan
Ruang Lingkup......................................................4
1.3
Pengertian dan Batasan
Masalah..........................................................5
1.4
Metode Pendekatan............................................................................7
1.5
Sistematika Penulisan...........................................................................7
BAB II PERMASALAHAN...................................................................................8
BAB
III HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SEKSUAL
PRANIKAH REMAJA...............................................................................9
BAB
IV PENUTUP.................................................................................................14
4.1 Kesimpulan.......................................................................................14
4.2 Saran................................................................................................14
Daftar Pustaka ........................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Masa remaja merupakan masa transisi dalam kehidupan
seseorang. Pada fase ini individu
mengalami perubahan kehidupan dari anak-anak menuju dewasa dimana manusia mengalami
perkembangan yang pesat baik fisik, psikis maupun sosialnya yang diikuti dengan perkembangan
emosional yang tidak stabil. Masa remaja mempunyai arti penting bagi kehidupan sebagai kontribusi
terhadap kehidupannya di masa mendatang. Remaja tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang
yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan sama. Namun demikian, masa puber juga merupakan
waktu yang rentan bagi remaja mengingat remaja sedang mengalami gejolak seiring munculnya
dorongan rasa ingin tahu yang tinggi akibat seringnya bergaul dan berintegrasi dengan masyarakat
dewasa tetapi belum dapat mengimbangi dengan kematangan pribadi dan tingkat pengetahuan yang
memadai (Harlock, 2009 ; BKKBN, 2004).
mengalami perubahan kehidupan dari anak-anak menuju dewasa dimana manusia mengalami
perkembangan yang pesat baik fisik, psikis maupun sosialnya yang diikuti dengan perkembangan
emosional yang tidak stabil. Masa remaja mempunyai arti penting bagi kehidupan sebagai kontribusi
terhadap kehidupannya di masa mendatang. Remaja tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang
yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan sama. Namun demikian, masa puber juga merupakan
waktu yang rentan bagi remaja mengingat remaja sedang mengalami gejolak seiring munculnya
dorongan rasa ingin tahu yang tinggi akibat seringnya bergaul dan berintegrasi dengan masyarakat
dewasa tetapi belum dapat mengimbangi dengan kematangan pribadi dan tingkat pengetahuan yang
memadai (Harlock, 2009 ; BKKBN, 2004).
Remaja akan melewati 3 tahap kematangan psikososial dan
seksual, antara lain , masa remaja awal
/dini (Early adolescence) umur 11 – 13 tahun, masa remaja pertengahan (Middle adolescence)
umur 4 -16 tahun , dan yang terahir masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17 – 20 tahun.
(Soetjiningsih, 2004).
/dini (Early adolescence) umur 11 – 13 tahun, masa remaja pertengahan (Middle adolescence)
umur 4 -16 tahun , dan yang terahir masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17 – 20 tahun.
(Soetjiningsih, 2004).
1.2 Latar Belakang dan Ruang Lingkup
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan.
Pernyataan ini sudah dikemukakan jauh
pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stenley Hall bahwa masa
remaja merupakan masa badai dan tekanan (Dhamayanti, 2009).
Di Indonesia angka kehamilan remaja di luar nikah sulit diketahui secara pasti, karena kasus ini
selalu disembunyikan rapat oleh pelakunya. Mengapa terjadi kehamilan di luar pernikahan? Salah satu
diantaranya adalah sikap itu, ada baiknya remaja mengerti akibat psikologi yang bakal dialami pacarnya
jika mereka melakukan hal-hal terlarang itu. Remaja putra harus belajar mengendalikan hormon seksual
mereka, sedangkan remaja putri menyadari akibat hubungan seksual dini, termasuk yang terjadi di luar
pernikahan. Dengan demikian pengetahuan itu ikut membentengi mereka (Julianto dan Roswitha, 2009).
pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stenley Hall bahwa masa
remaja merupakan masa badai dan tekanan (Dhamayanti, 2009).
Di Indonesia angka kehamilan remaja di luar nikah sulit diketahui secara pasti, karena kasus ini
selalu disembunyikan rapat oleh pelakunya. Mengapa terjadi kehamilan di luar pernikahan? Salah satu
diantaranya adalah sikap itu, ada baiknya remaja mengerti akibat psikologi yang bakal dialami pacarnya
jika mereka melakukan hal-hal terlarang itu. Remaja putra harus belajar mengendalikan hormon seksual
mereka, sedangkan remaja putri menyadari akibat hubungan seksual dini, termasuk yang terjadi di luar
pernikahan. Dengan demikian pengetahuan itu ikut membentengi mereka (Julianto dan Roswitha, 2009).
Tahap perkembangan remaja yang ditandai oleh
perkembangan kognitif, perkembangan psikososial, dan
perkembangan fisik dapat mempengaruhi salah satu aktivitas seksual remaja yaitu perilaku seks
pranikah. Akhir-akhir ini muncul fenomena semakin tingginya tingkat perilaku seks pranikah pada
remaja. Tingginya tingkat perilaku seks pranikah pada remaja dapat menimbulkan dampak negatif, yaitu
terjadinya kehamilan di luar nikah (Gemala, 2009).
perkembangan fisik dapat mempengaruhi salah satu aktivitas seksual remaja yaitu perilaku seks
pranikah. Akhir-akhir ini muncul fenomena semakin tingginya tingkat perilaku seks pranikah pada
remaja. Tingginya tingkat perilaku seks pranikah pada remaja dapat menimbulkan dampak negatif, yaitu
terjadinya kehamilan di luar nikah (Gemala, 2009).
Berdasarkan data-data diatas, peneliti bermaksud
mengadakan penelitian mengenai hubungan
antara pengetahuan dengan sikap seksual pranikah remaja dengan sikap terhadap hubungan seksual
pranikah remaja. Jadi peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan seksual
remaja.
antara pengetahuan dengan sikap seksual pranikah remaja dengan sikap terhadap hubungan seksual
pranikah remaja. Jadi peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan seksual
remaja.
1.2 Pengertian
dan Batasan Masalah
Pengetahuan adalah sesuatu
yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses
belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana
informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003).
belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana
informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003).
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek
(Soekidjo N, 2003). Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-disposisi” tindakan
atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi / reaksi terhadap suatu obyek, memihak / tidak memihak
yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi
tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Saifudin A, 2005).
(Soekidjo N, 2003). Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-disposisi” tindakan
atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi / reaksi terhadap suatu obyek, memihak / tidak memihak
yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi
tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Saifudin A, 2005).
Menurut Sarwono (2003), seks pranikah adalah hubungan
seksual yang dilakukan remaja
tanpa adanya ikatan pernikahan.Menurut Stuart dan Sundeen (1999), perilaku seksual yang sehat dan
adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual
pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi
menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002).Menurut
Irawati (2002) remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-
tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan,
memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan bersenggama (sexual intercourse).
Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai
dampak yang merugikan remaja itu sendiri. Dalam beberapa tahun terakhir ini telah disaksikan adanya
perubahan yang sangat besar dalam sikap terhadap kegiatan seksual. Pandangan mengenai hubungan
seksual pranikah sekarang lebih terbuka dan bebas dibandingkan dengan pandangan masa lalu. Para
remaja mendapatkan tontonan seks yang merangsang dalam majalah, televisi, dan bioskop, tanpa ada
batasnya. Metode pencegahan kelahiran yang berhasil dan adanya sarana menggugurkan mengurangi
perasaan takut hamil. Semua perubahan ini sekarang memberi lebih banyak kebebasan kepada individu
yang baru matang. (Atkinson, 2002)
tanpa adanya ikatan pernikahan.Menurut Stuart dan Sundeen (1999), perilaku seksual yang sehat dan
adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual
pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi
menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002).Menurut
Irawati (2002) remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-
tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan,
memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan bersenggama (sexual intercourse).
Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai
dampak yang merugikan remaja itu sendiri. Dalam beberapa tahun terakhir ini telah disaksikan adanya
perubahan yang sangat besar dalam sikap terhadap kegiatan seksual. Pandangan mengenai hubungan
seksual pranikah sekarang lebih terbuka dan bebas dibandingkan dengan pandangan masa lalu. Para
remaja mendapatkan tontonan seks yang merangsang dalam majalah, televisi, dan bioskop, tanpa ada
batasnya. Metode pencegahan kelahiran yang berhasil dan adanya sarana menggugurkan mengurangi
perasaan takut hamil. Semua perubahan ini sekarang memberi lebih banyak kebebasan kepada individu
yang baru matang. (Atkinson, 2002)
Dari data-data di atas penulis membatasi masalah yang
akan dibahas, yakni mengenai hubungan
antara pengetahuan dengan sikap seksual pranikah remaja dengan mengambil sampel di lingkungan
remaja.
antara pengetahuan dengan sikap seksual pranikah remaja dengan mengambil sampel di lingkungan
remaja.
1.3 Metode
Pendekatan
Metode Pendekatan pada karya tulis ini
adalah melalui pembacaan dari karya tulis serta informasi
– informasi yang bisa di dapat dari media cetak, elektronik, maupun pendidikan formal dan informal.
– informasi yang bisa di dapat dari media cetak, elektronik, maupun pendidikan formal dan informal.
1.4 Sistematika
Penulisan
Dalam
karya tulis ini penulis menyusun secara sistematika yang terdiri dari IV Bab.
Bab I
terdiri dari pendahuluan umum, latar belakang maslaah dan ruang lingkup, pengertian dan batasan
masalah, metode pendekatan, dan sistematika penulisan. Bab II adalah permasalahan. Bab III adalah
pembahasan, yaitu klasifikasi pendidikan seks bagi remaja, tujuan pendidikan seks bagi remaja,
bahaya seks bebas bagi remaja, serta cara penanggulanan seks bebas bagi remaja. Bab IV penutup
yang berisi kesimpulan dan saran.
terdiri dari pendahuluan umum, latar belakang maslaah dan ruang lingkup, pengertian dan batasan
masalah, metode pendekatan, dan sistematika penulisan. Bab II adalah permasalahan. Bab III adalah
pembahasan, yaitu klasifikasi pendidikan seks bagi remaja, tujuan pendidikan seks bagi remaja,
bahaya seks bebas bagi remaja, serta cara penanggulanan seks bebas bagi remaja. Bab IV penutup
yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
PERMASALAHAN
Masalah seksual remaja pranikah saat ini sedang menjadi
sorotan berbagai pihak karena semakin banyaknya remaja yang melakukan hubungan
seksual pranikah. Mengapa hal ini dapat terjadi? Tentu hal ini berhubungan
dengan tingkat pengetahuan remaja. Penulis mengangkat masalah hubungan antara pengetahuan dengan sikap
seksual pranikah agar kita dapat mengetahui apa penyebab banyaknya masalah
seksual di kalangan remaja.
BAB III
HUBUNGAN ANTARA
PENGETAHUAN
DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA
DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA
Perilaku seksual ialah perilaku yang
melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang
telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan
suami istri. Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang
dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun
menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu.
Perilaku seks pranikah ini memang
kasat mata, namun ia tidak terjadi dengan sendirinya melainkan didorong atau
dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung
(tidak kasat mata). Dengan demikian individu tersebut tergerak untuk melakukan
perilaku seks pranikah.
Motivasi merupakan penggerak
perilaku. Hubungan antar kedua konstruk ini cukup kompleks, antara lain dapat
dilihat sebagai berikut : Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku
yang berbeda, demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh
motivasi yang berbeda. Motivasi tertentu akan mendorong seseorang untuk
melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah
tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh
perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai
komitmen yang jelas (menurut Sternberg hal ini dinamakan romantic love); atau
karena pengaruh kelompok (konformitas), dimana remaja tersebut ingin menjadi
bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh
kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seks pranikah.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi
seorang remaja melakukan seks pranikah karena ia didorong oleh rasa ingin tahu
yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Hal tersebut
merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya, mereka ingin mengetahui banyak hal yang
hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri,
“Learning by doing”.
Di sinilah suatu masalah acap kali
muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal,
termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan
pasangannya. Namun dibalik itu semua, faktor internal yang paling mempengaruhi
perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada perilaku seksual pranikah pada
remaja adalah berkembangnya organ seksual. Dikatakan bahwa gonads (kelenjar
seks) yang tetap bekerja (seks primer) bukan saja berpengaruh pada
penyempurnaan tubuh (khususnya yang berhubungan dengan ciri-ciri seks
sekunder), melainkan juga berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral, dan
sosial.
Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan
organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis
kelamin. Ketertarikkan antar lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan
yang lebih serius serta memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan
sebagai teman hidup. Sedangkan pada kehidupan moral, seiringan dengan
bekerjanya gonads, tak jarang timbul konflik dalam diri remaja. Masalah yang
timbul yaitu akibat adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali
bertentangan.
Bila dorongan seks terlalu besar
sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka dorongan seks tersebut cenderung
untuk dimenangkan dengan berbagai dalih sebagai pembenaran diri.
Pengaruh perkembangan organ seksual
pada kehidupan sosial ialah remaja dapat memperoleh teman baru, mengadakan
jalinan cinta dengan lawan jenisnya. Jalinan cinta ini tidak lagi menampakkan
pemujaan secara berlebihan terhadap lawan jenis dan “cinta monyet” pun tidak
tampak lagi. Mereka benar-benar terpaut hatinya pada seorang lawan jenis,
sehingga terikat oleh tali cinta.
Perlu pula dijelaskan bahwa
pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks (gonads) remaja, sesungguhnya merupakan
bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh.
Selain itu, energi seksual atau libido/nafsu pun telah mengalami perintisan
yang cukup panjang; Sigmund Freud mengatakan bahwa dorongan seksual yang
diiringi oleh nafsu atau libido telah ada sejak terbentuknya Id. Namun dorongan
seksual ini mengalami kematangan pada usia usia remaja. Karena itulah, dengan
adanya pertumbuhan ini maka dibutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual
tertentu.
Cukup naif bila kita tidak
menyinggung faktor lingkungan, yang memiliki peran yang tidak kalah penting
dengan faktor pendorong perilaku seksual pranikah lainnya. Faktor lingkungan
ini bervariasi macamnya, ada teman sepermainan (peer-group), pengaruh media dan
televisi, bahkan faktor orang tua sendiri.
Pada masa remaja, kedekatannya
dengan peer-groupnya sangat tinggi karena selain ikatan peer-group menggantikan
ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian,
saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan
independensi.
Maka tak heran bila remaja mempunyai
kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya,
tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan dari sumber yang lebih dapat
dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini sehubungan
dengan perilaku seks pranikah, tak jarang menimbulkan rasa penasaran yang
membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan
itu sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima, mereka cenderung
melakukan dan mengalami perilaku seks pranikah itu sendiri.
Pengaruh media dan televisi pun
sering kali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja
remaja yang menonton film remaja yang berkebudayaan barat, melalui
observational learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat
diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka, terkadang tanpa
memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta norma-norma dalam lingkungan
masyakarat yang berbeda.
Perilaku yang tidak sesuai dengan
tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Bilamana
orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada
anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku seksnya itu
sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya.
Hal ini terjadi karena pada dasarnya
pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan
dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai
suami-istri yang bersatu dalam perkawinan.
Kesulitan yang timbul kemudian
adalah apabila pengetahuan orang tua kurang memadai menyebabkan sikap kurang
terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks
anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Seorang
peneliti menyimpulkan hasil penelitiannya sebagai berikut: informasi seks yang
tidak sehat atau tidak sesuai dengan perkembangan usia remaja ini mengakibatkan
remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental,
ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks. Dalam
hal ini, terciptanya konflik dan gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat
memungkinkan seorang remaja untuk melakukan perilaku seks pranikah.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diperoleh manusia melalui kegiatan akal pikiran atau akal budi manusia ketika akal menangkap berbagai hal yang dihadapinya pada masa hidup seseorang. Salah satunya adalah permasalahan yang dihadapi remaja. Salah satu penyebab dan permasalahan itu adalah seks pranikah yang terjadi akibat kurangnya pemahaman remaja tentang seks pranikah mengingat sangat dipengaruhi oleh berbagai media. Dalam masyarakat modem pewarisan nilai dalam keluarga menjadi lebih rumit akibat teknologi komunikasi dan luar yang membawa norma dan nilai baru sehingga norma dan nilai-nilai tradisional tergusur.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diperoleh manusia melalui kegiatan akal pikiran atau akal budi manusia ketika akal menangkap berbagai hal yang dihadapinya pada masa hidup seseorang. Salah satunya adalah permasalahan yang dihadapi remaja. Salah satu penyebab dan permasalahan itu adalah seks pranikah yang terjadi akibat kurangnya pemahaman remaja tentang seks pranikah mengingat sangat dipengaruhi oleh berbagai media. Dalam masyarakat modem pewarisan nilai dalam keluarga menjadi lebih rumit akibat teknologi komunikasi dan luar yang membawa norma dan nilai baru sehingga norma dan nilai-nilai tradisional tergusur.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masa
remaja merupakan masa transisi dalam kehidupan seseorang. Pada fase ini
individu mengalami perubahan kehidupan dari anak-anak menuju dewasa dimana
manusia mengalami perkembangan yang pesat baik fisik, psikis maupun sosialnya
yang diikuti dengan perkembangan emosional yang tidak stabil. Oleh karena itu
sangat diperlukan pengetahuan tentang sikap seksual pranikah agar terhindar
dari hal-hal yang tidak diinginkan.
4.2 Saran
Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada kekurangan ataupun kesalahan, penulis sangat menghargai kritik maupun saran dari para pembaca.
Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada kekurangan ataupun kesalahan, penulis sangat menghargai kritik maupun saran dari para pembaca.
Daftar Pustaka
Skripsipedia.com:
Hubungan antara Pengetahuan tentang Risiko Kehamilan Remaja di Luar Nikah
dengan Sikap terhadap Hubungan Seksual Pranikah http://www.skripsipedia.com/2012/10/hubungan-antara-pengetahuan-tentang-risiko-kehamilan-remaja-di-luar-nikah-dengan-sikap-terhadap-hubungan-seksual-pranikah.html#ixzz2GGJrIGfd
Soekidjo, Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Saifudin, Azwar. 2005. Sikap Manusia.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Heri, Purwanto. 1998. Pengantar Perilaku Manusia
Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Komentar