HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA



HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP 
SEKSUAL PRANIKAH REMAJA



Makalah Ini Dibuat untuk Melengkapi Perkuliahan
Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester Satu 
Dosen Pembimbing Drs. Parmono, M.Pd.
  


Di susun Oleh
Santi Apriyani
Tingkat 1-A
Jurusan Kebidanan


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA I
JURUSAN KEBIDANAN
Jalan RS. Fatmawati, Cilandak-Jakarta Selatan
Telp/Fax. 021-7656536
TAHUN 2012






KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Tuhan seru sekalian alam. Kepada Allah kami mohon pertolongan atas segala urusan dunia dan akhirat. Segala keselamatan dan kesejahteraan tetap tercurahkan kepada penghulu semua utusan dan pemimpin kita Nabi Muhammad saw dan kepada keluarga, para sahabat yang mengikuti beliau. Ammaa ba’du.
            Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas segala taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas ini walaupun masih sangat sederhana.
            Penulis menyadari dengan tersusun dan selesai tugas yang berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja”, karena bimbingan dan bantuan semua pihak.
            Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu menyusun tuigas ini sampai selesai. Dengan selesainya tugas ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis di Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta I yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu saya mengucapkan terima kasih.


Jakarta, 31 Desember 2012
                Penulis
 





Daftar Isi
Kata Pengantar..........................................................................................................1
Daftar Isi...................................................................................................................2
BAB I      PENDAHULUAN....................................................................................3
               1.1     Umum.................................................................................................3
               1.2     Latar belakang dan Ruang Lingkup......................................................4
               1.3     Pengertian dan Batasan Masalah..........................................................5
               1.4     Metode Pendekatan............................................................................7
               1.5     Sistematika Penulisan...........................................................................7
BAB II    PERMASALAHAN...................................................................................8
BAB III   HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SEKSUAL
                PRANIKAH REMAJA...............................................................................9
BAB IV   PENUTUP.................................................................................................14
                 4.1   Kesimpulan.......................................................................................14
                 4.2   Saran................................................................................................14
Daftar Pustaka   ........................................................................................................15






BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Umum
                        Masa remaja merupakan masa transisi dalam kehidupan seseorang. Pada fase ini individu  
        mengalami perubahan kehidupan dari anak-anak menuju dewasa dimana manusia mengalami      
        perkembangan yang pesat baik fisik, psikis maupun sosialnya yang diikuti dengan perkembangan 
        emosional yang tidak stabil. Masa remaja mempunyai arti penting bagi kehidupan sebagai kontribusi 
        terhadap kehidupannya di masa mendatang. Remaja tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang 
        yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan sama. Namun demikian, masa puber juga merupakan 
        waktu yang rentan bagi remaja mengingat remaja sedang mengalami gejolak seiring munculnya 
       dorongan rasa ingin tahu yang tinggi akibat seringnya bergaul dan berintegrasi dengan masyarakat 
       dewasa tetapi belum dapat mengimbangi dengan kematangan pribadi dan tingkat pengetahuan yang 
       memadai (Harlock, 2009 ; BKKBN, 2004).
       Remaja akan melewati 3 tahap kematangan psikososial dan seksual, antara lain , masa remaja awal  
        /dini   (Early adolescence) umur 11 – 13 tahun, masa remaja pertengahan (Middle adolescence)  
        umur   4 -16 tahun , dan yang terahir masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17 – 20 tahun. 
        (Soetjiningsih, 2004). 

1.2  Latar Belakang dan Ruang Lingkup
                  Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Pernyataan ini sudah dikemukakan jauh 
        pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stenley Hall bahwa masa 
        remaja merupakan masa badai dan tekanan (Dhamayanti, 2009).
                  Di Indonesia angka kehamilan remaja di luar nikah sulit diketahui secara pasti, karena kasus ini 

       selalu disembunyikan rapat oleh pelakunya. Mengapa terjadi kehamilan di luar pernikahan? Salah satu 
      diantaranya adalah sikap itu, ada baiknya remaja mengerti akibat psikologi yang bakal dialami pacarnya 
      jika mereka melakukan hal-hal terlarang itu. Remaja putra harus belajar mengendalikan hormon seksual 
      mereka, sedangkan remaja putri menyadari akibat hubungan seksual dini, termasuk yang terjadi di luar 
      pernikahan. Dengan demikian pengetahuan itu ikut membentengi mereka (Julianto dan Roswitha, 2009).
      Tahap perkembangan remaja yang ditandai oleh perkembangan kognitif, perkembangan psikososial, dan 
      perkembangan fisik dapat mempengaruhi salah satu aktivitas seksual remaja yaitu perilaku seks   
      pranikah. Akhir-akhir ini muncul fenomena semakin tingginya tingkat perilaku seks pranikah pada 
      remaja. Tingginya tingkat perilaku seks pranikah pada remaja dapat menimbulkan dampak negatif, yaitu 
      terjadinya kehamilan di luar nikah (Gemala, 2009).
                  Berdasarkan data-data diatas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian mengenai hubungan 
       antara pengetahuan dengan sikap seksual pranikah remaja dengan sikap terhadap hubungan seksual 
       pranikah remaja. Jadi peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan  seksual 
       remaja.
1.2    Pengertian dan Batasan Masalah
                    Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses 
       belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana 
       informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003).
       Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek 
       (Soekidjo N, 2003). Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan 
       kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap    
       belum  merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-disposisi” tindakan 
       atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka 
                   Sikap adalah suatu bentuk evaluasi / reaksi terhadap suatu obyek, memihak / tidak memihak 
      yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan  (afeksi), pemikiran  (kognisi) dan predisposisi 
      tindakan  (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Saifudin A, 2005).
                    Menurut Sarwono (2003), seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja 
       tanpa adanya ikatan pernikahan.Menurut Stuart dan Sundeen (1999), perilaku seksual yang sehat dan 
       adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual 
       pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi 
       menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002).Menurut 
       Irawati (2002) remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-
       tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan,  
       memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan bersenggama (sexual intercourse). 
                 Perilaku  seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai  
      dampak yang merugikan remaja itu sendiri. Dalam beberapa tahun terakhir ini telah disaksikan adanya 
      perubahan yang sangat besar dalam sikap terhadap kegiatan seksual. Pandangan mengenai hubungan 
      seksual pranikah sekarang lebih terbuka dan bebas dibandingkan dengan pandangan masa lalu. Para 
      remaja mendapatkan tontonan seks yang merangsang dalam majalah, televisi, dan bioskop, tanpa ada 
     batasnya. Metode pencegahan kelahiran yang berhasil dan adanya sarana menggugurkan mengurangi 
     perasaan takut hamil. Semua perubahan ini sekarang memberi lebih banyak kebebasan kepada individu 
     yang baru matang. (Atkinson, 2002)
                 Dari data-data di atas penulis membatasi masalah yang akan dibahas, yakni mengenai hubungan 
      antara pengetahuan dengan sikap seksual pranikah remaja dengan mengambil sampel di lingkungan 
      remaja.

1.3       Metode Pendekatan
               Metode Pendekatan pada karya tulis ini adalah melalui pembacaan dari karya tulis serta informasi 
         – informasi yang bisa di dapat dari media cetak, elektronik, maupun pendidikan formal dan informal.
1.4        Sistematika Penulisan
                      Dalam karya tulis ini penulis menyusun secara sistematika yang terdiri dari IV Bab. Bab I 
         terdiri dari pendahuluan umum, latar belakang maslaah dan ruang lingkup, pengertian dan batasan 
         masalah, metode pendekatan, dan sistematika penulisan. Bab II adalah permasalahan. Bab III adalah 
         pembahasan,  yaitu klasifikasi pendidikan seks bagi remaja, tujuan pendidikan seks bagi remaja, 
         bahaya seks bebas bagi remaja, serta cara penanggulanan seks bebas bagi remaja. Bab IV penutup 
          yang berisi kesimpulan dan saran.


BAB II
PERMASALAHAN
            Masalah seksual remaja pranikah saat ini sedang menjadi sorotan berbagai pihak karena semakin banyaknya remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah. Mengapa hal ini dapat terjadi? Tentu hal ini berhubungan dengan tingkat pengetahuan remaja. Penulis mengangkat masalah hubungan antara pengetahuan dengan sikap seksual pranikah agar kita dapat mengetahui apa penyebab banyaknya masalah seksual di kalangan remaja.


BAB III
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN 
DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA


                 Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu.
Perilaku seks pranikah ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi dengan sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung (tidak kasat mata). Dengan demikian individu tersebut tergerak untuk melakukan perilaku seks pranikah.
                Motivasi merupakan penggerak perilaku. Hubungan antar kedua konstruk ini cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut : Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda, demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda. Motivasi tertentu akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas (menurut Sternberg hal ini dinamakan romantic love); atau karena pengaruh kelompok (konformitas), dimana remaja tersebut ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seks pranikah.
                 Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah karena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Hal tersebut merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya, mereka ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri, “Learning by doing”.
                 Di sinilah suatu masalah acap kali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Namun dibalik itu semua, faktor internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada perilaku seksual pranikah pada remaja adalah berkembangnya organ seksual. Dikatakan bahwa gonads (kelenjar seks) yang tetap bekerja (seks primer) bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh (khususnya yang berhubungan dengan ciri-ciri seks sekunder), melainkan juga berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral, dan sosial.
                 Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis kelamin. Ketertarikkan antar lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup. Sedangkan pada kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul konflik dalam diri remaja. Masalah yang timbul yaitu akibat adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan.
                Bila dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih sebagai pembenaran diri.
Pengaruh perkembangan organ seksual pada kehidupan sosial ialah remaja dapat memperoleh teman baru, mengadakan jalinan cinta dengan lawan jenisnya. Jalinan cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan terhadap lawan jenis dan “cinta monyet” pun tidak tampak lagi. Mereka benar-benar terpaut hatinya pada seorang lawan jenis, sehingga terikat oleh tali cinta.
                 Perlu pula dijelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks (gonads) remaja, sesungguhnya merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh. Selain itu, energi seksual atau libido/nafsu pun telah mengalami perintisan yang cukup panjang; Sigmund Freud mengatakan bahwa dorongan seksual yang diiringi oleh nafsu atau libido telah ada sejak terbentuknya Id. Namun dorongan seksual ini mengalami kematangan pada usia usia remaja. Karena itulah, dengan adanya pertumbuhan ini maka dibutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu.
                  Cukup naif bila kita tidak menyinggung faktor lingkungan, yang memiliki peran yang tidak kalah penting dengan faktor pendorong perilaku seksual pranikah lainnya. Faktor lingkungan ini bervariasi macamnya, ada teman sepermainan (peer-group), pengaruh media dan televisi, bahkan faktor orang tua sendiri.
                     Pada masa remaja, kedekatannya dengan peer-groupnya sangat tinggi karena selain ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi.
Maka tak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan dari sumber yang lebih dapat dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tak jarang menimbulkan rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima, mereka cenderung melakukan dan mengalami perilaku seks pranikah itu sendiri.
                       Pengaruh media dan televisi pun sering kali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja yang berkebudayaan barat, melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka, terkadang tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta norma-norma dalam lingkungan masyakarat yang berbeda.
Perilaku yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya.
                      Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan.
                       Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Seorang peneliti menyimpulkan hasil penelitiannya sebagai berikut: informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan perkembangan usia remaja ini mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks. Dalam hal ini, terciptanya konflik dan gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja untuk melakukan perilaku seks pranikah. 
                      Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diperoleh manusia melalui kegiatan akal pikiran atau akal budi manusia ketika akal menangkap berbagai hal yang dihadapinya pada masa hidup seseorang. Salah satunya adalah permasalahan yang dihadapi remaja. Salah satu penyebab dan permasalahan itu adalah seks pranikah yang terjadi akibat kurangnya pemahaman remaja tentang seks pranikah mengingat sangat dipengaruhi oleh berbagai media. Dalam masyarakat modem pewarisan nilai dalam keluarga menjadi lebih rumit akibat teknologi komunikasi dan luar yang membawa norma dan nilai baru sehingga norma dan nilai-nilai tradisional tergusur.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
                     Masa remaja merupakan masa transisi dalam kehidupan seseorang. Pada fase ini individu mengalami perubahan kehidupan dari anak-anak menuju dewasa dimana manusia mengalami perkembangan yang pesat baik fisik, psikis maupun sosialnya yang diikuti dengan perkembangan emosional yang tidak stabil. Oleh karena itu sangat diperlukan pengetahuan tentang sikap seksual pranikah agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
4.2 Saran
            Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada kekurangan ataupun kesalahan, penulis sangat menghargai kritik maupun saran dari para pembaca.



Daftar Pustaka
Soekidjo, Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Saifudin, Azwar. 2005. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Heri, Purwanto. 1998. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.









Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS CERPEN TUKANG PIJIT KELILING

SOAL UTS 2015-2016

MENENTUKAN ISI PUISI, "TUHAN TELAH MENEGURMU"